Tuesday, November 7, 2017

Makanan Khas Daerah Yogyakarta


1.Gudeg

Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jatiyang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampungtelurtahudan sambal goreng krecek.
Ada berbagai varian gudeg, antara lain:
·         Gudeg kering, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh kental, jauh lebih kental daripada santan pada masakan padang.
·         Gudeg basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer.
·         Gudeg Solo, yaitu gudeg yang arehnya berwarna putih.

2.Tiwul

Tiwul, atau thiwul adalah makanan pokok pengganti nasi beras yang dibuat dari ketela pohon atau singkong. Penduduk WonosoboGunungkidulWonogiriPacitan dan Blitar dikenal mengonsumsi jenis makanan ini sehari-hari.
Tiwul dibuat dari gaplek. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tiwul dipercaya mencegah penyakit maag, perut keroncongan, dan lain sebagainya. Tiwul pernah digunakan untuk makanan pokok sebagian penduduk Indonesia pada masa penjajahan Jepang dan sekarang tiwul dibuat jadi tiwul instan.

3.Gatot

        Gatot merupakan makanan tradisional asli gunung kidul, yang biasanya dimakan dengan sayuran sebagai pengganti nasi. Makanan ini menjadi makan yang sangat di favorit masyarakat Gunungkidul karena rasanya manis, lezat, dan gurih. Nama gatot diambil dari singkatan Gagal Total karena sulitnya menghasilkan panen pada atau gagal panen, makanan ini di buat untuk mengantikan beras yang berbahan dasar Gaplek (ketela yang dikeringkan) karena gagal panen pada waktu itu. Proses pembuatan gatot memakan waktu yang lumayan lama, dari proses fermentasi ketela dengan cara dijemur sampai muncul jamur hasil permentasi ini berupa geplek kemudian gaplek ini direndam selama dua malam sampai ketela tersebut kenyal, setelah itu ditiriskan, dicuci, dan diambil kulit arinya, kemudian dipotong-potong kecil-kecil dan direndam selama satu malam. setelah direndam kemudian dikukus selama dua jam dan biasanya ditambahkan di tambahkan gula merah, garam, dan kelapa agar membuat makanannya terasa manis dan gurih. Agar lebih memperenak rasanya dan memperindah teksturnya ditambahkan dengan kelapa yang telah diparut.

4.Bakpia

Bakpia adalah makanan yang terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula, yang dibungkus dengan tepung, lalu dipanggang. Istilah bakpia sendiri adalah berasal dari dialek Hokkian (Hanzi: 肉餅), yaitu dari kata "bak" yang berarti daging babi dan "pia" yang berarti kue, yang secara harfiah berarti roti berisikan daging. Di beberapa daerah di Indonesia, makanan yang terasa legit ini dikenal dengan nama piaatau kue pia.
Bakpia termasuk salah satu masakan yang populer dari keluarga Cina atau Tionghoa. Bakpia yang cukup dikenal salah satunya berasal dari daerah Pathuk (Pathok), Yogyakarta, sehingga dikenal dengan sebutan Bakpia Pathuk. Mengingat masyarakat Yogyakarta mayoritas beragama Islam, pada perkembangannya, isi bakpia yang semula daging babi pun diubah menjadi kacang hijau. Kemudian rasa-rasa dari bakpia dikembangkan menjadi cokelat, keju, kumbu hijau, dan kumbu hitam.

5.Yanko

Yanko merupakan makanan khas Jogja yang terbuat dari bahan bakar dasar tepung beras. Yanko memiliki rasa yang begitu manis , kenyal, dan memiliki bentuk kotak. Makanan khas Jogja yang satu ini sering dijadikan sebagai cemilan oleh masyarakat Yogyakarta. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta menjadikan Yanko sebagai oleh-oleh khas.

6.Sate Klatak

Sate Klatak adalah sate yang berbahan dasar kambing. Yang membedakan sate tersebut dengan sate lainnya adalah pada bumbu untuk pengolahan sate. Sate Klatak tidak menggunakan bumbu kecap atau kacang melainkan hanya dibumbui dengan garam. Meskipun sangat sederhana, namun sate Klatak sangat diminati oleh pengunjung dann justru menjadi salah satu icon kuliner di Kota Yogyakarta. Keistimewaan sate tersebut tidak berhenti sampai disitu, keistimewaan lainnya dari Sate Klatak adalah pada penyajiannya. Tusuk sate yang digunakan bukan dari bambu namun menggunakan besi jeruji sepeda. Penggunaan jeruji ini dipercaya dapat menghantarkan panas yang baik sehingga daging dapat matang dengan sempurna.
           

Budaya Yang Ada di Yogyakarta

Macam-macam Budaya di Yogyakarta

a. Upacara Sekaten

Acara ini merupakan acara tradisi jawa dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Yogya beranggapan apabila ikut serta dalam peringatan ini akan mendapat imbalan dari Yang Maha Kuasa yaitu awet muda, dan sebagai “Srono” atau syaratnya, mereka harus mengunyah sirih di halaman Masjid Agung dari awal acara dimulai.
Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendapa Ponconiti menuju masjid Agung di Alun-alun Utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari Masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud, selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.

b.Grebeg Muludan

Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW) mulai jam 08.00 hingga 10.00 WIB. Dengan dikawal oleh 10 macam bregada (kompi) prajurit KratonWirabraja, Dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis. Sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah didoakan, gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.

c .Numplak Wajik

Dua hari sebelum acara Grebeg Muludan, suatu upacara Numplak Wajik diadakan di halaman istana Magangan pada jam 16.00. Upacara ini berupa kotekan atau permainan lagu dengan memakai kentongan, lumpang (alat untuk menumbuk padi), dan semacamnya yang menandai awal dari pembuatan gunungan yang akan diarak pada saat acara Grebeg Muludan nantinya. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara Numplak Wajik ini adalah lagu Jawa populer seperti: Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal awil, atau lagu-lagu rakyat lainnya.

d.Upacara Labuhan

Yang dimaksud Upacara Labuhan (Laut),yaittu upacara melempar sesaji dan benda-benda Kraton kelaut untuk di persembahkan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Upacara tradisional Labuhan bermula sejak jaman Panembahan Senopati di mataram Kotagede.Upacara tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilanya dalam memimpin Kerajaan Mataram Kota gede,yang masih tetap dilestarikan oleh para raja-raja Kesultanan Yogyakarta.

        Benda-benda pokok yang dilabuh
·         Sinjang (kain panjang) Limar 
·         Sinjang Cangkring 
·         Sumekan ( kain penutup dada) 
·         Sumekan solok
·         Sumekan gadhung mlathi
·         Sumekan gadhung
·         Sumekan udaraga
·         Sumekan jingga
·         Sumekan bangun Tulak
·         “Wangkidan” kuluk kaniraga
·         Wangkidan pethak / putih
·         Songsong gilap
·         Gelaran pasir kesasaban mori
·         “Selo” (kemenyan) dan konyoh (param)
·         “Arta” (uang) tindih Rp. 8,33

e.Upacara Siraman Pusaka


Upacara Siraman Pusaka ini dilakukan setiap Selasa atau Jumat kliwon pada bulan Jawa Sura, keraton mengadakan acara ini untuk membersihkan benda-benda keramat milik keraton serta kereta-kereta istana. Sedangkan pada hari Jumat kliwon di makam raja-raja di daerah Imogiri dilakukan upacara pengurasan dan pencucian air dalam guci-guci atau jambangan yang disebut Enceh. Konon, menurut masyarakat Jawa apabila meminum air ini akan jauh dari malapetaka atau marabahaya, dihindrakan dari penyakit, serta awet muda.

Pengertian Nilai Kebudayaan Menurut Para Ahli

Pengertian Nilai Budaya Menurut Para Ahli

Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang telah disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebisaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada symbol-simbol, slogan, moto, visi misi, sesuatu yang Nampak sebagai acuan pokok suatu lingkungan atau organisasi.
Suatu nilai apabila sudah membudaya pada diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk didalam bertingkah laku. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya gotong-royong, budaya malas, dan lain-lain. Jadi secara universal, nilai itu merupakan sebagai pendorong bagi seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.

Thodorson (dalam Warsito 2012: 98)
Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Ketertarikan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relative sangat kuat bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

Koentjaraningrat (dalam Warsito 2012 : 99)
Nilai budaya adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat dalam hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam mengambil alternative, cara-cara, alat-alat dan tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia.

Clyde Kluckholn (dalam Warsito 2012: 99)
Nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tidak diingini yang mungkin berkaitan dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesame manusia.

Sumaatmadja (dalam Koentjaraningrat 2000: 180)

Pada perkembangan, penerapan budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai-nilai yang melekat dimasyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya.

Struktur Organisasi Perusahaan PT. Telkom

Lampiran 2. Penjabaran Tugas dan Wewenang di PT. Telkom     1.    Direktur Utama (CEO)   Tugas:   a. Mengkoordinir Direksi, b. Men...